Esports terus mendekati popularitas Aktivitasfisik tradisional.
Deloitte Memperkenalkan survei Ke tahun 2024 Bersama melibatkan 14.250 responden Ke 20 pasar Dunia, termasuk Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Timur Ditengah, Bersama tujuan meneliti perilaku Pendukung esports.
Laporan terkini mengarahkan fokus Ke temuan Ke esports Asia Tenggara, Ke enam pasar. Laporan mengidentifikasi Gaya utama yang berdampak Ke perkembangan scene esports Dunia dan juga menyoroti Gaya khusus Ke kawasan ini.
Selain Menyediakan wawasan tentang pola konsumsi digital dan ragam kesulitan yang masih harus dihadapi Di memonetisasi Pendukung esports secara langsung, laporan ini juga membandingkan esports Bersama Aktivitasfisik tradisional, meneliti pengaruh game Ke industri, dan mengidentifikasi Kemungkinan Mutakhir Bagi merek, Laga, dan publisher Sebagai Memperbaiki engagement Pendukung.
Esports SEA rumit, Malaysia dan Vietnam memimpin
Tidak dapat dimungkiri, Esports Ke Asia Tenggara berkembang begitu pesat Bersama pergerakan yang begitu dinamis. Jangkauan audiensnya yang tinggi, fokus Ke Gadget seluler (mobile), dan integrasi Kearifan Lokal Global digital yang kuat, merupakan faktor Kunci Di pergeseran esports Di hiburan khusus menjadi hiburan mainstream.
Seperti yang diprediksi, game mobile mendominasi Ke Asia Tenggara, mencatatkan Disekitar 55% gaming hours. Kebiasaan menggunakan Gadget mobile membentuk bagaimana konten-konten esports dikonsumsi.
Asia Tenggara Memiliki salah satu audiens esports terbesar Ke dunia, Bersama Vietnam dan Malaysia mencatatkan reach (jangkauan) tertinggi. Audiens Ke kedua Negeri ini juga memperlihatkan kecenderungan yang lebih kuat Di Menerbitkan uang Bagi kegiatan Liburan (hiburan) seperti langganan berbayar dan Hadir Di event secara langsung.
Meski demikian, kebanyakan fans esports Ke Asia Tenggara Memiliki lebih Di satu Kegemaran Agar sulit Sebagai Menarik Perhatian dan mempertahankan perhatian mereka secara terus-menerus, yang berakibat jumlah penonton reguler cenderung menurun.

Yang Terkait Bersama engagement dan monetisasi esports Ke kawasan Asia Tenggara, hasilnya sangat bervariasi. Vietnam dan Malaysia memimpin Di jumlah penonton reguler (tetap), Sambil Thailand dan Singapura Berjuang Bersama tantangan menjulang Yang Terkait Bersama permasalahan mempertahankan penonton.
Ke Indonesia (terutama), Malaysia, Singapura, dan Thailand, viewership sepakbola berada Ke Didepan esports, Akan Tetapi Ke Vietnam, esports secara mengejutkan berhasil mengungguli sepakbola. Sambil Ke Filipina Basket lebih merajai ketimbang esports.
Meski demikian, para pelaku Aktivitasfisik tradisional mulai Memahami nilai esports dan menggunakan industri ini Di Pembaruan strategi engagement mereka.
Sebagai contoh, raksasa sepakbola Thailand Buriram United mendirikan Skuat esports. Strategi serupa bisa kita lihat Ke Skuat-Skuat sepakbola Indonesia seperti Persija Jakarta, Bali United dan Persib Bandung yang juga menjajaki dunia esports.
Secara keseluruhan, esports terus mendekati popularitas Aktivitasfisik tradisional terutama Ke kalangan demografi yang lebih muda Agar Lebih mengukuhkan diri sebagai pilihan hiburan mainstream.
Temuan Deloitte bertujuan Sebagai memberi informasi kepada para pemangku kepentingan seperti game publisher, penyelenggara Liga, dan investor tentang dinamika pasar esports Asia Tenggara. Kajian ini menyediakan data Sebagai memahami dan menyusun strategi Ke kawasan yang Di berkembang ini.
Klilk Ke sini Sebagai membaca laporan lengkap Deloitte.
BACA JUGA: Sederhana! Ini 4 Pelatihan tangan Sebagai gamer Bagi Penampilan maksimal
Artikel ini disadur –> Oneesports.id/ Indonesia: Fans esports paling bergairah Ke Asia Tenggara